Loading...

Seru Ternyata, Ini Cerita KKN di Thailand oleh Mahasiswa UIN Surakarta

Diterbitkan pada
25 Juli 2024 00:00 WIB

Baca

SINAR- Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Raden Mas Said Surakarta pada tahun 2024 menyelanggarakan KKN Internasional Goes To Thailand. Berbarengan dengan momen KKN Tematik Reguler yang sedang berjalan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian (LP2M) UIN Surakarta mengirim kami ke Negeri Gajah Putih, Thailand agar dapat memperluas jaringan kerjasama dengan Negeri Thailand. Tentu waktu KKN 1 bulan bukan waktu yang sebentar, ditambah adaptasi dengan kultur dan budaya Thailand yang menurut saya sangat berbeda dengan yang dimiliki oleh Indonesia. Saya, M. Sofyan Arya Pradana sangat bersyukur menjadi salah satu dari ribuan mahasiswa UIN Surakarta yang terpilih dan representasi Indonesia di Negeri Gajah Putih tersebut.

   

Berbeda dengan KKN Reguler, KKN Internasional ini lebih menekankan ke satu fokus disiplin ilmu, yaitu pendidikan. Kemudian output di lapangannya yakni menjadi tenaga pendidik/ guru di salah satu sekolah swasta terbesar di Provinsi Yala,  Thailand Selatan. Hari pertama menjadi guru dikelas Primary 4, saya mendapatkan sambutan yang sangat antusias dari para murid dikelas. Berbagai macam ekspresi diberikan guna menyampaikan rasa kegembiraan dengan adanya guru dari Indonesia yang mengajar dikelas tersebut. Penghormatan terhadap seorang guru daripada murid-nurid membuat saya merasa tersanjung dan dari sinilah saya merasa bahwa menjadi guru di Thailand sangatlah dihormati.

Satit Phattna Witya Islamic School nama sekolah yang kami tempati untuk melaksanakan KKN Internasional ini. Dimana hampir di setiap bulannya melaksanakan outing class bersama murid-muridnya guna menstimulus daya nalar/ otak peserta didiknya. Saya juga diajak oleh pihak sekolah guna menjadi guru pamong di kunjungannya di Prince Songkhla University. Dari hal tersebut, saya bersama siswa-siswi belajar serta bermain. Mulai dari membuat kerajinan dari tanah liat, mewarnai, menggambar serta praktek keahlian sesuai umurnya masing masing.

Sebagai seorang guru, memang punya tanggung jawab besar. Mengajar siswa-siswi dari negara yang berbeda bahasa dan budaya tentunya memaksa saya untuk selalu berkreasi dalam mengajar. Mulai dari bahasa, metode mengajar, dan juga manajemen pendidikan saya gunakan dengan sesuai dengan yang diajarkan oleh UIN Surakarta karena kami adalah representasi mahasiswa Indonesia terutama wajah dari UIN Surakarta.

Tidak seru rupanya jika ke Thailand tidak membahas geografis serta manusianya. Thailand sendiri memiliki letak geografis yang berbatasan langsung dengan Malaysia, Laos dan juga Myanmar (Konfirmasi data: Indonesian Embassy in Songkhla). Padahal jarak antara Yala dan Bangkok tidaklah dekat? Bahkan boleh dikata, sangat jauh mata memandang. Namun demikian, tidak afdhol rasanya jika berkunjung ke Thailand tidak pergi ke Bangkok City.

Secara langsung orang di Thailand hampir memiliki kemiripan wajah cenderung sama dengan Indonesia, akan tetapi ketika mulai berbicara kemiripan tersebut akan hilang dan akan langsung mengatakan bahwa itu adalah orang Thailand asli. Sedikit bercerita tentang weekend saya di Thailand, kita ber-5 selalu pergi dengan armada bernama tuk tuk, yaitu alat transportasi yang menyerupai pick up yang didesain sedemikian rupa agar lebih nyaman menjadi angkutan konvensional.

Kita juga pernah pergi ke Hatyai serta Narathiwat menggunakan kereta api. Sebuah kereta api yang mengingatkan kita pada armada kereta api Negara Indonesia tahun ‘45. Namun demikian sangat seru sekali rasanya, kita sekelompok juga sangat sering tertawa dengan tingkah laku orang Thailand. Banyak objek wisata yang telah kita kunjungi seperti, Asean Night Bazar, Khlong Hae Floating Market, Hatyai Municipal Park, Masjid Prince Songkhla, Central Hatyai Festival dan tak lupa kami sempat makan durian Narathiwat disalah satu rumah mahasiswi UIN Surakarta asal Thailand. (Nug: Humas) Foto: Sofyan