Oleh:
Najihah Nur Auliya
Mahasiswi Psikologi Islam
Universitas Islam Negeri Raden Mas Said
email : [email protected]
PEMBUKAAN
Pada awal masa perkuliahan di jurusan Psikologi Islam, muncul kebutuhan untuk membangun wadah yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, kepedulian, dan empati di antara mahasiswa. Dari kebutuhan inilah lahir komunitas Sanur, yang didirikan oleh mahasiswa sendiri sebagai ruang untuk saling mendukung, belajar, dan mengembangkan nilai-nilai psikologi Islam secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Psikologi Islam menekankan pentingnya empati sebagai bagian dari kepribadian dan praktik keseharian seorang Muslim. Dalam Islam, empati tidak hanya berarti memahami perasaan orang lain, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata seperti tolong-menolong, toleransi, dan kasih sayang. Nilai empati ini sangat ditekankan dalam ajaran Islam, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan kasih sayang dan perhatian kepada semua orang tanpa memandang latar belakang.
Sebagai mahasiswa psikologi Islam, kita memiliki kepekaan dan empati yang tinggi terhadap permasalahan sosial, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan dan kesejahteraan anak-anak. Fenomena anak putus sekolah dan memilih bekerja di usia dini merupakan persoalan yang kompleks di Indonesia, yang tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga pada perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat secara luas. Kondisi ini memicu rasa tanggung jawab sosial dan dorongan untuk melakukan aksi nyata melalui pembentukan komunitas sosial yang bergerak di bidang pendidikan dan kesejahteraan anak.
Komunitas ini lahir dari kesadaran bersama antara mahasiswa psikologi Islam untuk mengaplikasikan ilmu psikologi dalam perspektif Islam guna memberikan solusi terhadap masalah sosial tersebut. Komunitas seperti GEMA di Fakultas Psikologi UMS dan Komunitas Psikologi Islam di berbagai universitas lainnya, misalnya, berfokus pada pengembangan keilmuan psikologi Islam sekaligus melakukan pengabdian masyarakat yang menyasar pada isu-isu sosial seperti pendidikan anak dan kesehatan mental.
Selain itu, motivasi utama berdirinya komunitas ini juga didorong oleh nilai-nilai keislaman yang menekankan pentingnya ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah, sehingga membantu anak-anak yang mengalami kesulitan pendidikan menjadi sebuah kewajiban moral dan spiritual. Melalui kegiatan sosial, kajian keislaman, dan pengabdian langsung, komunitas berusaha mengatasi masalah putus sekolah dan meningkatkan kesejahteraan anak-anak yang rentan agar mereka dapat memiliki masa depan yang lebih baik.
Dengan demikian, latar belakang berdirinya komunitas sosial ini adalah kombinasi dari kepekaan dan empati mahasiswa psikologi Islam terhadap persoalan sosial pendidikan, dorongan nilai-nilai keislaman, dan kebutuhan nyata masyarakat akan solusi terhadap fenomena anak putus sekolah yang kompleks di Indonesia.
Fenomena banyaknya anak yang putus sekolah dan memilih untuk bekerja merupakan persoalan sosial yang kompleks di Indonesia. Berbagai penelitian dan laporan menunjukkan bahwa faktor ekonomi menjadi penyebab utama anak-anak terpaksa meninggalkan bangku sekolah. Banyak keluarga yang menghadapi keterbatasan finansial sehingga anak-anak harus ikut bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Data Badan Pusat Statistik (BPS) bahkan mencatat mayoritas keluarga menyebutkan alasan ekonomi sebagai penyebab utama anak mereka putus sekolah, baik karena tidak mampu membayar biaya pendidikan maupun karena anak harus mencari nafkah.
Selain faktor ekonomi, terdapat pula penyebab lain seperti rendahnya motivasi belajar, kurangnya perhatian orang tua, lingkungan sosial yang kurang mendukung, serta kondisi keluarga yang tidak harmonis. Dalam beberapa kasus, anak-anak merasa sekolah tidak menarik, beban pelajaran terlalu berat, atau merasa minder sehingga memilih untuk bekerja daripada melanjutkan pendidikan. Tradisi di masyarakat, di mana anak-anak meniru orang dewasa di sekitarnya yang lebih memilih bekerja daripada sekolah, juga turut memperkuat fenomena ini.
Dampak dari tingginya angka putus sekolah sangat luas, mulai dari meningkatnya pekerja anak, risiko terjebak dalam pekerjaan informal yang rawan eksploitasi, hingga munculnya perilaku menyimpang seperti mabuk-mabukan, judi, dan kenakalan remaja. Anak-anak yang putus sekolah sering kali kehilangan kesempatan untuk berkembang secara optimal, baik secara intelektual maupun emosional.
Melihat kenyataan ini, muncul kebutuhan akan kehadiran komunitas sosial yang tidak hanya berfokus pada pemberian bantuan materi, tetapi juga menyediakan ruang untuk mendengarkan dan memahami permasalahan yang dihadapi anak-anak dan keluarga mereka. Komunitas seperti ini diharapkan mampu menjadi jembatan antara kebutuhan ekonomi dan kebutuhan psikososial, memberikan dukungan moral, serta memperkuat motivasi anak-anak untuk kembali bersekolah atau setidaknya tetap mendapatkan hak-hak dasarnya sebagai anak. Dengan mengedepankan nilai empati dan solidaritas, komunitas sosial dapat menjadi motor penggerak perubahan yang berkelanjutan dalam upaya menekan angka putus sekolah dan meningkatkan kesejahteraan generasi muda.
PEMBAHASAN
Komunitas Sanur dibentuk untuk merajut kepedulian sosial melalui sabda nurani. Di tengah kehidupan masyarakat modern yang serba cepat dan individualistik, kehadiran komunitas sosial menjadi angin segar yang menyejukkan. Komunitas sosial merupakan ruang di mana individu berkumpul berdasarkan kesamaan tujuan, nilai, atau kepedulian terhadap isu-isu kemanusiaan. Lebih dari sekadar tempat untuk berbagi bantuan materi, komunitas semacam ini juga menjadi ruang aman untuk saling mendengarkan, memberikan dukungan emosional, serta memperkuat relasi antar sesama.
Salah satu komunitas yang lahir dari semangat tersebut adalah Sanur singkatan dari Sabda Nurani, yang berarti "perkataan hati". Komunitas ini resmi dibentuk pada 21 September 2024, diprakarsai oleh lima muda-mudi yang memiliki jiwa empati tinggi serta kepedulian yang tulus terhadap kondisi sosial di sekitar mereka. Awalnya, Sanur terbentuk secara spontan, tanpa struktur yang jelas. Namun seiring berjalannya waktu dan melalui serangkaian pertemuan sederhana, komunitas ini mulai tertata dan resmi berdiri dengan tujuan yang lebih terarah. Semboyan mereka, "Menghibur, Melipur, Menabur", mencerminkan semangat untuk hadir di tengah masyarakat untuk memberikan hiburan yang menenangkan, menyapa secara lembut dan rendah hati, serta menabur kebaikan tanpa pamrih.
Komunitas Sanur menjadi wujud nyata dari nilai-nilai kebersamaan, kepekaan sosial, dan harmoni yang dibangun dalam masyarakat. Melalui kegiatan-kegiatannya, sanur tidak hanya menghadirkan bantuan, tetapi juga menumbuhkan harapan serta memperkuat rasa kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari. Komunitas merupakan salah satu elemen penting dalam penguatan kapasitas sosial masyarakat. Dalam konteks ini, sanur (sabda nurani) hadir sebagai sebuah komunitas yang berfokus pada pemulihan kondisi batin masyarakat melalui pendekatan berbasis nilai, kesadaran nurani, dan empati antarmanusia. Komunitas ini tidak hanya menjadi tempat berkumpul, tetapi juga menjalankan fungsi edukatif dan transformatif dalam merespons berbagai persoalan sosial, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan mental, kesepian, dan rendahnya rasa keterhubungan sosial.
Selain kegiatan reguler, sanur juga pernah melakukan kunjungan sosial ke Panti Asuhan Pelita Harapan yang terletak di daerah Jebres. Kegiatan ini difokuskan untuk memberikan kebahagiaan dan suasana hangat bagi anak-anak di sana, yang sebagianm besar masih berusia di bawah umur. Karena itu, aktivitas yang dilakukan pun dirancang agar ringan, menyenangkan, dan tidak memberatkan pikiran mereka. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain menggambar bersama, menyanyi lagu anak-anak, bermain games sederhana, serta berbagi cerita ringan yang memotivasi. Tujuan utama dari kegiatan ini bukan sekadar memberikan bantuan materi, tetapi menciptakan momen kebersamaan yang penuh keceriaan dan kasih sayang. Bagi anggota Sanur, kegiatan ini menjadi pengingat bahwa bentuk kepedulian tidak harus selalu dalam bentuk solusi besar, terkadang hadir untuk membuat mereka bahagia saja sudah menjadi langkah yang bermakna.
Sanur memiliki arah gerak yang jelas sebagaimana tertuang dalam visinya, yaitu: “Menjadi komunitas yang hadir sebagai suara lembut sabda nurani menghibur tanpa syarat, melipur dengan kehadiran, dan menabur kasih tanpa batas."
Visi tersebut dijabarkan ke dalam tiga misi utama, yaitu:
Sanur berupaya untuk menjawab berbagai kebutuhan sosial dengan strategi pendekatan personal, partisipatif, dan inklusif. Program-program yang dijalankan meliputi sesi refleksi kelompok, forum berbagi pengalaman, lokakarya pengembangan kesadaran diri, pertunjukan seni bertema sosial, serta keterlibatan dalam kegiatan kolaboratif lintas komunitas. Dalam konteks implementasi project citizen, kehadiran sanur mencerminkan partisipasi aktif warga dalam menciptakan solusi berbasis komunitas. Transformasi sosial yang diusung tidak mengandalkan kebijakan struktural semata, tetapi justru berangkat dari ruang-ruang kecil yang memiliki komitmen kuat terhadap nilai kemanusiaan. Sanur menjadi representasi konkret dari bagaimana visi dan misi komunitas dapat dioperasionalkan untuk memberikan dampak nyata bagi masyarakat, terutama dalam membangun ketahanan sosial dan batin individu.
PEMECAHAN MASALAH
Proses pemecahan masalah dalam komunitas sanur merupakan bagian inti dari cara kerja mereka dalam merespons dinamika sosial yang terus berubah. Segalanya bermula dari tahap identifikasi masalah, di mana para anggota komunitas secara aktif terlibat dalam mengamati realitas sosial di sekitar mereka. Hal ini dilakukan tidak hanya melalui pengamatan langsung di lapangan, tetapi juga lewat cerita, curahan hati, maupun keluhan dari masyarakat yang merasa membutuhkan ruang untuk didengar. Sanur sangat menghargai suara warga sekitar, sebab dari sanalah mereka dapat menangkap sinyal adanya kesenjangan, penderitaan, atau kebutuhan yang sering kali luput dari perhatian publik. Baik itu permasalahan anak-anak yang putus sekolah, keluarga yang kesulitan secara ekonomi, lansia yang hidup sebatang kara, maupun individu yang mengalami tekanan mental semua itu menjadi perhatian utama yang diproses dengan rasa empati yang mendalam.
Setelah sebuah masalah teridentifikasi, komunitas melanjutkan pada tahap analisis kebutuhan. Di sini, para anggota berdiskusi dan mencoba menggali lebih dalam apa akar masalahnya, siapa yang terdampak, dan jenis bantuan apa yang benar-benar dibutuhkan. Pendekatan yang digunakan bersifat partisipatif dan holistik, karena sanur percaya bahwa solusi yang baik lahir dari pemahaman yang utuh, bukan sekadar reaksi spontan. Selain itu, mereka juga mempertimbangkan kapasitas komunitas, potensi dukungan dari luar, serta dampak jangka panjang dari intervensi yang akan dilakukan. Dengan cara ini, mereka berusaha menghindari bantuan yang bersifat sementara atau hanya menyentuh permukaan masalah.
Tahap berikutnya adalah perumusan solusi. Pada bagian ini, semua anggota dilibatkan untuk menyumbangkan ide, saran, bahkan kritik. Musyawarah menjadi tradisi yang dijunjung tinggi dalam sanur, karena dari sinilah nilai kebersamaan dan kepedulian sosial semakin diperkuat. Solusi yang diambil pun selalu merujuk pada semboyan mereka, yaitu “Menghibur, Melipur, Menabur”, yang tidak hanya menjadi slogan, tetapi juga filosofi hidup. Mereka berusaha agar setiap langkah yang diambil mampu menghibur jiwa yang letih, melipur hati yang gundah, dan menabur harapan bagi mereka yang kehilangan semangat. Dengan semangat ini, Sanur tidak semata-mata mencari penyelesaian praktis, tetapi juga mengupayakan pemulihan batin.
Setelah solusi dirumuskan, dilakukan perencanaan kegiatan secara rinci. Setiap kegiatan dirancang berdasarkan hasil diskusi dan analisis sebelumnya, disesuaikan dengan karakter masyarakat yang akan dilayani. Pembagian tugas dilakukan secara sukarela, berdasarkan minat dan kemampuan masing-masing anggota. Sumber daya dikumpulkan melalui berbagai cara, mulai dari swadaya anggota, penggalangan dana, hingga kerja sama dengan pihak-pihak lain yang sejalan secara visi. Tahap ini penting agar pelaksanaan kegiatan bisa berjalan lancar, terarah, dan tepat sasaran.
Pada saat pelaksanaan, pendekatan yang digunakan sanur sangat humanis dan penuh empati. Mereka hadir bukan sebagai penyelamat, tetapi sebagai sahabat yang setara. Dalam setiap kunjungan, acara, atau bentuk bantuan lainnya, mereka berusaha menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan, agar pihak penerima merasa dihargai dan didengarkan. Bagi sanur, interaksi yang tulus lebih bernilai daripada sekadar jumlah bantuan yang diberikan. Maka tidak heran jika kegiatan mereka sering kali meninggalkan kesan mendalam dan mempererat ikatan antar manusia.
Usai kegiatan dilakukan, komunitas selalu menyempatkan diri untuk melakukan evaluasi dan refleksi. Proses ini menjadi ruang belajar bersama, di mana mereka mengulas apa yang sudah berjalan baik, apa yang perlu diperbaiki, serta bagaimana cara agar kegiatan berikutnya lebih efektif. Refleksi ini juga memperkuat rasa kebersamaan, karena setiap anggota merasa dihargai kontribusinya. Bila ditemukan bahwa masalah yang ditangani belum terselesaikan sepenuhnya, sanur tidak ragu untuk merancang tindak lanjut. Mereka menyusun strategi keberlanjutan, baik dalam bentuk pendampingan, program lanjutan, atau merancang kolaborasi yang lebih luas dengan komunitas dan lembaga lain.
Secara keseluruhan, proses pemecahan masalah dalam komunitas sanur mencerminkan perpaduan antara kepedulian, strategi, dan ketulusan. Bagi mereka, membantu sesama bukan hanya tugas insidental, melainkan panggilan nurani yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan. Lewat pendekatan ini, sanur bukan hanya hadir sebagai komunitas yang memberi, tetapi juga sebagai ruang yang menghidupkan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang mulai memudar di tengah dunia yang sibuk dan individualistik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Komunitas Sabda Nurani (Sanur) adalah kekhawatiran siswa dalam psikologi Islam atas masalah sosial, terutama fenomena pakaian sekolah dan manifestasi konkret dalam sumur komunitas. Berdasarkan empati dan nilai nilai Islam, komunitas ini didirikan melalui pendekatan humanistik, partisipatif dan reflektif. Moto "Menghibur, Melipur, Menabur" menjadi filosofi kehidupan yang mengambil setiap langkah masyarakat, dari mengidentifikasi masalah hingga perencanaan dan kegiatan pelaksanaan. Komunitas ini tidak hanya mendukung materi, tetapi juga mengembalikan semangat dan martabat orang miskin. Pekerjaan kolektif dan hati nurani telah memungkinkan sanur menjadi jembatan antara kebutuhan sosial dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Sanur memberikan kesan mendalam tentang pentingnya empati dan tindakan konkret dalam kehidupan sosial. Komunitas ini tidak hanya menyediakannya, tetapi juga ada sebagai teman yang memahami, memahami dan menemani orang yang mengalami kesulitan. Nilai nilai islam sanur terasa hidup dalam semua kegiatan yang telah dilakukan, menciptakan suasana yang hangat, ketat dan penuh kasih. Pesan untuk komunitas ini adalah mempertahankan hati dan integritasnya sejak awal. Jangan bosan menjadi lampu untuk apa yang anda butuhkan, karena semua tindakan yang disita dengan itikad baik meninggalkan jejak kualitas abadi. Memberikan manfaat dan menginspirasi komunitas lain ke arah yang berbeda.
Sanur menjalankan kegiatannya dengan pendekatan yang empatik, terencana, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Keterlibatan aktif semua anggota membuat komunitas ini hidup dan bersemangat, sementara evaluasi rutin membantu meningkatkan kualitas program. Namun, Sanur masih menghadapi tantangan seperti keterbatasan sumber daya, ketergantungan pada relawan, dan struktur organisasi yang sederhana sehingga menyulitkan pengembangan jangka panjang. Untuk mengatasi hal ini, sanur disarankan untuk memperluas jaringan kerjasama dengan pihak luar, memperkuat kegiatan serta dokumentasi sekolah, dan lebih siap menghadapi dinamika di lapangan, agar dapat terus tumbuh menjadi komunitas sosial yang kuat, berkelanjutan, dan berdampak luas.
Edit By: Nug Humas