Loading...

Argumen Historis, Mengapa UIN Raden Mas Said?

Diterbitkan pada
17 Juli 2023 14:23 WIB

Baca

Sambutan Toto Suharto, Atas Nama Rektor pada The First Mangkunegaran International Symposium, tanggal 14-15 Juli 2023 di Pura Mangkunegaran 

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat Malam, Salam Sejahtera untuk kita semua, Syalom, Oom Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan.
Yang Mulya dan Yang sama-sama kita Mulyakan, Sri Paduka Mangkoenegoro Sepuluh beserta Keluarga
Yang Mulya, Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia
Yang Mulya, Direktur Jenderal kebudayaan Kementerian Pendidikan, kebudayaan dan Ristek
Yang Mulya, Para Rektor, Para Dekan, dan para akademisi Yang hadir pada malam ini,
Yang terhormat, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Surakarta dan Kota Yogyakarta, 
Yang Terhormat, Direktur Javanologi UNS dan Direktur KITLV
Yang Terhormat para Invited Speakers, para pembicara International Symposium, dan event organizer of this international symposium, hadirin segenap tamu undangan yang berbahagia.

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, yang memberkati kita untuk hadir pada acara the First Mangkunegaran International Symposium dengan theme “Towards a New global History of Javanese Court Culture, Politics and Governance”. 


Saya mewakili Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, yang pada malam ini tidak sempat hadir, karena ada acara yang tidak dapat ditinggalkan, mohon perkenannya untuk menyampaikan keynote speech dalam acara yang terhormat ini. Kami mengapresiasi upaya kerja sama antara Mangkunegaran, Leiden University, KITLV dan UIN Raden Mas Said Surakarta ini. Semoga acara seperti ini dapat dilanjutkan di tahun-tahun mendatang.
Ladies and Gentlemen
UIN Raden Mas Said Surakarta sangat berkepentingan dengan program yang terhormat ini, karena kampus moderasi ini sejak proses awalnya menjadi UIN sudah memutuskan mengambil tokoh Raden Mas Said untuk menjadi nama kampus Islam ini, yang merupakan pendiri Kadipetan Mangkunegaran. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan terkait pengambilan nama kampus dari tokoh yang membanggakan ini. Pertama, Raden Mas Said adalah nama untuk Pangeran Sambernyowo yang sejak Agustus 1988 dianugerahi kehormatan oleh Presiden Soeharto sebagai salah satu Pahlawan Nasional, yang telah berjasa bagi perjuangan melawan penjajahan, sehingga beliau digelari Pangeran Sambernyowo. 
Kedua, Serat Babad Panambangan banyak bercerita tentang perjalanan Kadipaten Mangkunegaran, di mana Raden Mas Said di masa kecilnya menjalani proses hidup di Keraton Kartasura, tempat kampus ini berlokasi saat ini. 
Ketiga, Prof. Peter Carey menyebutkan bahwa Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyowo sejak awal perjuangannya melawan penjajah sudah memiliki Pasukan Istri yang dipimpin oleh Istrinya. Ini adalah bukti bahwa Mangkunegaran secara historis memiliki kepedulian terhadap martabat perempuan.
Keempat, Masjid Al-Wustho Mangkunegaran dulunya didirikan pertama kali oleh Mangkunegara I, kemudian mengalami perkembangan pada masa Mangkunegara IV. Ini membuktikan bahwa cikal bakal masyarakat Islam sudah dibangun di kadipetan ini melalui peradaban masjid.
Kelima, Prof. Ricklefs dalam “Soul Catcher”nya menyebutkan bahwa beliau memiliki tiga watak keberislaman, yaitu: First: he had a strong sense of Islamic identity; Second; he practice of the prescribed ritual life of Islam, particularly the “five pillars”; Third: he acceptance of [the] local spirit forces [of Java], sebagai ciri Mulim Moderat. Lebih jauh lagi, untuk menunjukkan sikap keberislamannya, Mangkunegara I had at least a sufficient command of Arabic for pious purpose. He never ceased writing out the Qur’an, while his troops danced to the sound of the gamelan. He also wrote down ‘guidebooks in Javanese and Arabic’, which must have been lessons in Qur’anic recitation with Javanese glosses, as well as ‘writing the Javanese Qur’an and Arabic’, perhaps meaning full copies of the Qur’an with a Javanese translation. Even, he completed making his sixth complete copy of the Qur’an in March, 1788. Puncak keberislaman Raden Mas Said adalah pernyataan Prof. Ricklefs bahwa Pangeran Sambernyowo adalah Pengamal Tarekat Syatariyyah, salah satu tarekat mu’tabarah yang bersambung sanadnya ke Rasulullah. 
Ladies and Gentlemen
Paling tidak, dengan alasan historis seperti itulah UIN Surakarta menjadikan Raden Mas Said untuk nama kampusnya, sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2021. The First Mangkunegaran International Symposium ini oleh karenanya memiliki sanad akademik yang jelas dengan UIN Raden Mas Said Surakarta.
Saya atas nama Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh panitia yang terkait dengan pelaksanaan international symposium ini. Ke depan, international symposium semacam ini dapat diselenggarakan lagi dengan mengundang pakar-pakar yang memiliki kredibilitas keilmuan terkait hal-ihwal Raden Mas Said, terutama kajian tentang tri dharma perjuanganya: Mulat Sarira Hangrasa Wani, Rumangsa Melu Handarbeni, dan Wajib Melu Hangrungkebi. Demikian, selamat bersimposium, terima kasih. 
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat Malam, Salam Sejahtera untuk kita semua, Syalom, Oom Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan.