Rektor UIN RM Said Ikuti Malam Satu Sura di Praja Mangkunegaran

Diterbitkan pada
8 Juli 2024 00:00 WIB

Baca

SINAR - Bagian dari implementasi Program Glokalisasi yang dicanangkan semenjak terpilihnya Rektor pada medio Oktober tahu lalu, Universitas Islam Negeri Raden Mas Said (UINI RM Said) Surakarta turut aktif terlibat dalam berbagai kegiatan budaya di berbagai kesempatan. Minggu (7/7/2024) malam, Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Prof. Toto Suharto hadiri acara Malam 1 Sura JE 1958 di Praja Mangkunegaran, dalam rangka melestarikan tradisi dan budaya lokal. Praja Mangkunegaran sebagai salah satu pewaris Dinasti Mataram Islam dan rumah budaya Nusantara terus berperan aktif dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaan melalui pelaksanaan upacara dan peringatan adat (hajad-dalem). Pada bulan pertama tahun Jawa, yakni Sura, diadakan peringatan pergantian tahun. Peringatan ini dimaksudkan untuk menghayati pergantian tahun Jawa 1 Sura sebagai momen wawas diri, reflektif dan mensinkronkan pribadi dengan Yang Maha Esa guna menyongsong tahun yang baru. Berbeda dengan momen pergantian tahun Masehi yang cenderung gegap gempita, suasana malam 1 Sura diwujudkan dalam laku yang lebih sakral, tenang dan penuh penghayatan. Segenap individu yang hadir wajib turut mengamalkan laku tersebut, sebagai bagian dari terciptanya harmoni dan situasi sakral saat acara.

Peringatan Malam 1 Sura terdiri dari beberapa prosesi, di antaranya Kirab Pusaka, pembagian udik-udik, dan semedi. Pada saat mengikuti Kirab Pusaka, para peserta diwajibkan melakukan tapa bisu atau berjalan dalam diam, tanpa berbicara, dan tanpa menggunakan gawai. Melalui tapa bisu yang merupakan bentuk sikap laku prihatin, para peserta diharapkan dapat mencapai kebebasan batin dari gangguan nafsu dan emosi serta memperoleh keseimbangan batin dalam memasuki tahun yang baru.

Kegiatan semedi dilaksanakan di nDalem Ageng pada pukul 00.00 WIB. Peserta yang ingin mengikuti semedi diwajibkan mengenakan busana Jawi-jangkep dan dilarang menggunakan alat elektronik apapun. Semedi dilakukan sebagai bentuk menjauhi kehidupan duniawi untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup. Setelah semedi selesai, pusaka-dalem Mangkunegaran akan diarahkan kepada peserta semedi, sebagai simbol dan sarana untuk ngalap berkah, dengan harapan bahwa energi yang baik akan membantu setiap orang dalam kehidupan di tahun yang baru. 

Tampak hadir dalam acara Malam Satu Sura itu para keluarga Mangkunegaran, terutama Sampeyan Dalem Ingkang Jumeneng Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X atau yang sering dipanggil Gusti Bhre. Kegiatan ini dihadiri oleh banyak Masyarakat yang antusias menyaksikan tradisi budaya tahunan ini. Dalam pemahaman beragama moderat, mengapresiasi budaya lokal merupakan bagian dari sikap dan pandangan moderat dalam beragama.  (Kontributor : Suharto) Foto : Istimewa