UIN SURAKARTA - Terobosan Glokalisasi dalam Peraihan Akreditasi Unggul tidak membuat Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta (UIN Surakarta) berada di zona nyaman. Program Glokalisasi, yang berarti melokalkan yang global atau mengglobalkan yang lokal, yang keduanya dapat saling terjalin. Konsep Glokalisasi ini berangkat dari banyaknya kritikan yang terbit di jurnal terhadap program internasionalisasi. Program internasionalisasi sering menghilangkan produk lokal yang beriringan dengan hilangnya identitas karena hegemoni budaya Barat. Gagasan tentang Glokalisasi bermunculan di berbagai jurnal, salah satunya yang diusung UIN Surakarta. Ketika beberapa program sudah menjadi unggulan, ia tetap berpijak pada local wisdom yang tetap hidup di tengah dunia global.
“Disaat yang sama hal yang global harus kita sesuaikan dengan konteks lokal,” ungkap Rektor Prof. Toto Suharto saat dihubungi di ruang kerjanya pada Jum'at pagi (8/11/2024). Menurut Prof. Toto, untuk mewujudkan program Glokalisasi yang digagasnya, UIN Surakarta menggunakan semangat LURIK. "LURIK bukan hanya nama pakaian khas daerah yang bernilai seni tinggi, tetapi juga memiliki makna yang kontekstual" paparnya. "LURIK merupakan kependekan dari rangkaian sikap dan komitmen untuk UIN Raden Mas Surakarta, yakni Loyal, Unggul, Responsif, Inovatif dan Kolaboratif" terang Rektor. Yang dimaksud dengan Loyal adalah terkait dengan kesetiaan kepada bangsa dan negara. Selain loyal, harus juga unggul yang berarti unggul dengan mengangkat potensi-potensi yang dimiliki dosen dan mahasiswa. Setelah Unggul, keberhasilan tergantung dari respons terhadap suatu tantangan yang dihadapi. “Makanya kurikulum ditata ulang, misalnya saat ini merespons dunia anak muda, dengan memasukkan mata kuliah Literasi Digital.” Saat menjabat Dekan, mata kuliah Literasi Digital hanya ada di Fakultas Adab dan Bahasa. Tapi setelah dilantik menjadi Rektor, Prof. Toto memasukkan mata kuliah tersebut kedalam kurikulum di semua fakultas. Kurikulum digitalpreneurship juga masuk di seluruh fakultas. Dalam tagline LURIK, setelah respons adalah inovasi. Dosen dan mahasiswa sama-sama harus inovatif dalam penelitian dan pengabdian. Setelah inovatif, kolaboratif. Glokalisasi dapat terwujud jika ada sikap saling merengkuh. “Kita harus merengkuh apa yang ada di dalam dan yang di luar. Yang lokal kita globalkan dan yang global kita lokalkan.”
Saat ini UIN Surakarta yang menempati 3 lokal kampus yakni dua lokal berada di Pucangan Kartasura serta 1 lokal di Pakis Klaten ini, memiliki 5 fakultas dengan 34 program studi (Prodi). Masing-masing Fakultas Ilmu Tarbiyah, Fakultas Adab dan Bahasa, Fakultas Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Fakultas Usuluddin dan Dakwah serta Fakultas Pascasarjana. Ada 17 yang terakreditasi A. Jumlah mahasiswa ada 21.000, dengan jumlah dosen 371 orang. Tahun 2024, menerima 4.300 mahasiswa baru. Dengan kondisi ini, ia mengaku kewalahan sehingga berharap akan adanya penambahan dosen, utamanya yang dari jalur Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
UIN Surakarta juga menjadikan moderasi beragama sebagai salah satu mata kuliah tahu 2020 yang kemudian disusul UIN yang lain di Indonesia. Mata kuliah ini penting sebagai jawaban atas tantangan ideologi transnasional. Moderasi bergama menjadi mata kuliah untuk membentengi mahasiswa dari pengaruh ideologi transnasional sehingga merekan mempunya loyalitas tinggi terhadap negara sebagai tempat lahir, menghirup udara, minum air dan menikmati hasil kekayaan alam lainnya. Bagi Prof. Toto, makna akreditasi sangatlah penting sebagai evaluasi dan input opini dari luar. Sebagai lembaga pendidikan tidak cukup menangani, mengevaluasi, dan menilai dari internal saja, akan tetapi juga harus dilakukan oleh pihak luar dalam hal ini oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi serta lembaga akreditasi yang diakui secara internasional. "Pengakuan itu tidak bisa dario diri sendiri, tapi harus dari luar" pungkas Prof. Toto. (3S/Humas) Ilutrasi : cover buku/istimewa