UIN SURAKARTA - Berita palsu atau yang kerap kita kenal dengan sebutan hoaks telah menjadi permasalahan yang menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia. Hal ini seiring dengan kemajuan teknologi dan media digital yang berkembang di seluruh dunia. Dalam rangka memeriahkan Hari Santri Nasional 2024, Pascasarjana Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta mengadakan kegiatan Public Lecture bertema "Pesantren dan PTKI di Tengah Arus Media Digital" pada hari Senin, 21 Oktober 2024 yang berlangsung di Aula Pascasarjana Gedung A Lantai I.
Acara ini dihadiri oleh ratusan peserta yang terdiri dari para Ketua Program Studi Pascasarjana, dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa S1, S2, maupun S3.
Acara dimulai dengan sambutan dari Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. Islah, M.Ag., yang menyampaikan apresiasinya kepada seluruh peserta yang telah hadir. Beliau menekankan pentingnya peran santri dalam menjaga dan memperkuat nilai-nilai keagamaan di tengah tantangan era digital saat ini.
Selanjutnya, Rektor UIN Surakarta, Prof. Dr. Toto Suharto, M.Ag., secara resmi membuka acara Public Lecture. Dalam sambutannya, Prof. Toto menyampaikan harapannya agar pesantren di Indonesia dapat bebas dari hoaks, yang saat ini kerap menjadi masalah besar di dunia digital. "Di era digital ini, kita banyak menemukan hoaks yang sengaja diproduksi. Namun, saya berharap pesantren tetap menjadi benteng moral dan kebenaran, serta bebas dari penyebaran informasi palsu," tegasnya.
Dalam paparannya, Prof. Toto juga menyinggung Indeks Pembangunan Bangsa Indonesia yang terus meningkat berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2020 hingga 2023. Indeks tersebut mencakup beberapa kategori penting seperti kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Meskipun demikian, beliau menyoroti bahwa Indonesia masih tertinggal dalam hal daya saing digital dibandingkan negara-negara tetangga seperti Thailand. "Tingkat literasi kita sudah cukup membaik, bahkan di atas rata-rata, namun kita harus terus meningkatkan etika dan keselamatan digital di tengah tingginya pengguna internet di Indonesia yang saat ini mencapai 79,5 juta dari total penduduk 278 juta,
" tambahnya. Sesi utama dalam public lecture ini dipandu oleh Dr. Syamsul Huda Rohmadi, M.Ag (Kaprodi S2 MPI), dengan menghadirkan Savic Ali sebagai pembicara tamu. Savic Ali merupakan Ketua PBNU Bidang Media, IT, & Advokasi dan juga sebagai co-founder NU Online. Beliau berbagi pengalaman serta perspektifnya mengenai perkembangan teknologi digital di dunia pesantren dan pendidikan Islam. Savic menyebut bahwa NU Online telah menjadi aplikasi keislaman yang paling banyak diunduh di Indonesia.
Beliau juga merupakan founder dari platform Islami.co yang menjadi ruang bagi para penulis muda untuk mengekspresikan gagasan, diskusi, dan ide-ide baru. Dalam sesinya, Savic menyinggung perkembangan pesat dunia digital dan kecerdasan buatan (AI) yang membawa tantangan besar bagi Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Menurutnya, universitas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman, di mana pengetahuan kini dapat diakses secara gratis melalui internet.
"Seperti yang pernah dikatakan Elon Musk, universitas sering kali terlalu dibesar-besarkan, karena hari ini kita bisa belajar apa pun secara online. Tantangannya bagi PTKI adalah bagaimana kita memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional pesantren," ungkap Savic.
Kegiatan berlangsung dengan penuh antusiasme dan interaksi aktif dari peserta yang tertarik dengan topik digitalisasi dalam pendidikan keagamaan. Sebuah harapan besar agar pesantren di Indonesia tetap menjadi pionir dalam melawan hoaks dan memajukan pendidikan digital yang beretika.(faa)
Skema LSP UIN Surakarta Terbit, Rektor : Terimakasih Prof. Menteri Agama
5 hari yang lalu - UmumDunia Berkemah Kembali Menggelora, 131 Peserta Se-Jawa Tengah Ikuti KMD di RACANA UIN Surakarta
6 hari yang lalu - Umum