Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga pada hari ini, kita dapat berkumpul dalam kebahagiaan yang luar biasa. Acara ini bukanlah sekadar seremoni upacara wisuda, melainkan sebuah perayaan yang sangat istimewa, karena UIN Raden Mas Said Surakarta telah telah menapaki jejak pengabdiannya di bidang pendidikan, dengan capaian-capaian yang terus meningkat, demi mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai amanat Pembukaan UUD 1945. Salawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada Junjungan kita, Nabi Agung, Muhammad saw, kapada para keluarga, para sahabat-Nya, serta kita semua yang mengikuti jejak Sunnah-Nya.
![]() |
Saudara-saudara yang berbahagia,
|
Hadirin yang saya hormati,
Untuk memasuki tahapan Tangguh itu, tidak bisa tidak, UIN Raden Mas Said Surakarta harus mampu bersaing dan bersanding dalam percaturan dunia global. Adalah Emmanuel Jean-Francois yang pernah menulis buku berjudul Building Global Education with a Local Perspective: An Introduction to Glocal Higher Education. Buku ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, bagaimana kampus UIN Raden Mas Said Surakarta dapat bertransformasi menjadi Glocal Campus, yaitu kampus dengan jalinan global-lokal untuk merancang, merencanakan, dan menyelenggarakan program pendidikan berdasarkan prinsip: Think globally, act locally (berpikir global tapi bertindak lokal); atau think locally, act globally (berpikir lokal, tapi bertindak global). Jadi, untuk dapat bertransformasi menjadi Glocal Campus, dapat dilakukan dengan mengglobalkan yang lokal, atau melokalkan yang global. Untuk itu, sivitas academica UIN Raden Mas Said Surakarta, baik dosen, mahasiswa atau tenaga kependidikannya, sudah mulai dapat merancang, merencanakan dan menyelenggarakan program-programnya untuk pencapaian tahapan Tangguh ini, melalui apa yang saya sebut sebagai Glokalisasi, sehingga menjadi Glocal Campus.
Wisudawan dan Wisudawati yang berbahagia!
Hidup dalam percaturan global memang harus tetap berpijak pada nilai-nilai lokal Islam yang kita anut. Se-global apapun kita, tetaplah tinggal dan hidup di sini, di Indonesia, di Kartasura, di UIN Raden Mas Said Surakarta yang kita cintai. Ada inspirasi menarik dari Profesor Ziauddin Sardar. Beliau dalam buku The Future of Muslim Civilization menyebutkan bahwa ada kesalahan mendasar yang dilakukan sebagian umat Islam di belahan dunia ini dalam membangun peradabannya. Di dalam buku ini, beliau mengatakan bahwa banyak nilai-nilai lokal Islam yang tidak diperlakukan sebagaimana mestinya, yaitu tradisi bertanya, membaca, berpikir dan menulis. Keempat tradisi lokal Islam ini sejatinya menjadi nilai peradaban kita dalam menghadapi percaturan global ini.
Tradisi pertama adalah bertanya. Banyak dari kita yang berpikir bahwa nilai Islam itu hanya shalat, puasa, zakat. Mereka tidak berpikir bahwa bertanya itu adalah juga nilai Islam. Mereka tidak menjadikan bertanya sebagai kunci dari nilai-nilai Islam. Padahal, kalau Kita lihat al-Quran, di sana penuh dengan pertanyaan. Dialog pertama Nabi Muhammad saat menerima wahyu adalah bertanya. Saat Nabi diminta untuk membaca, Beliau mempertanyakan, apa yang harus dibaca. Jadi, mengapa kita tidak jadikan bertanya sebagai nilai Islam dalam membangun peradaban global ini. Jadi, buat saya, bertanya itu adalah nilai dasar Islam. Tradisi berikutnya, secara berurutan, adalah membaca, berpikir, dan menulis. Ketiga tradisi ini adalah bagian nilai-nilai Islam, bahkan datang lebih awal sebelum perintah salat dan puasa. Jika Kita melihat masyarakat Muslim saat ini, satu hal yang tertinggal adalah membaca dan berpikir kritis, bahkan juga tradisi tulis-menulis.
Empat nilai tradisi lokal Islam di atas sejatinya menjadi instrumen budaya terpenting bagi sivitas UIN Raden Mas Said Surakarta untuk memasuki Glocal Campusnya. Ketika Kate Perguson-Patrick, Ruth Reynolds dan Suzanne Macqueen menulis artikel dalam antologi buku berjudul The Globalisation of Higher Education, mereka menawarkan konsep 4C bagi pendidikan tinggi dalam menghadapi dunia global ini, yaitu: Culure, Confidence, Context dan Curriculum, maka Culture atau budaya yang dapat ditumbuhkembangkan oleh sivitas UIN Raden Mas Said Surakarta tidak lepas dari empat tradisi budaya Islam di atas, yang dinilai Sardar sudah mulai “memudar” di kalangan masyarakat Muslim, yaitu tradisi bertanya, membaca, berpikir dan menulis.
Hadirin, Bapak/Ibu Yang saya hormati!
Di era digital saat ini, hidup kita disuguhi layanan-layanan digital yang serba instan. Internet of Things dan Kecerdasan Buatan atau AI, telah memanjakan hidup kita dengan sejumlah informasi dan referensi yang booming. Dengan mudahnya kita dapat mengakses sejumlah data dan rujukan melalui internet. Kondisi ini tentu saja menjadi tantangan bagi kita untuk bagaimana agar kita tetap dapat bertanya, membaca, berpikir dan menulis. Konteks kita saat ini tentu saja berbeda dengan konteks ketika peradaban Islam lahir. Bagaiman kita mampu memberdayakan empat tradisi ini dengan beradaptasi dalam konteks digital, menjadi respons penting untuk kita berikan. Artinya, sebagai sivitas akademika, empat tradisi ini harus menjadi nilai kecendekiaan kita, khususnya dalam membangun UIN Raden Mas Said Surakarta menuju Glocal Campus. Jangan sampai suguhan instan digital telah melalaikan kita untuk mengabaikan Culture peradaban Islam ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga kita semua dapat membangun peradaban Islam Indonesia lebih unggul dan maju. Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para wali wisudawan yang telah berkenan kolaborasi, menitipkan putra-putrinya kepada UIN Raden Mas Said Surakarta. Saya juga menghaturkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, apabila pelayanan yang kami berikan belum memuaskan semua pihak. Kami berdoa, semoga para wisudawan ke-55 senantiasa diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam menjalani proses hidup ini. Setiap ijazah yang saya tanda-tangani, ada salawat di dalamnya. Semoga ini menjadi doa keberkahan untuk kita semua.
Terima kasih, Wassalamu’alaikum wr.wb.