12 March 2022

"SAMBUTAN REKTOR WISUDA SARJANA, MAGISTER, DAN DOKTOR KE-49 UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA TAHUN 2022"

*Oleh: Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd (Rektor UIN RM Said Surakarta)*

Yth. Ketua Senat beserta Anggota

Yang Berbahagia Wisudawan/Wisudawati

*Assalamu’alaikum wr. wb.*

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan taufik-Nya, sehingga hari ini kita semua dapat
menghadiri Wisuda ke-49 UIN Raden Mas Said Surakarta dalam keadaan sehat
*wal*- ‘*afiat*. *Amin ya rabbal ‘alamin.*

Tema wisuda kali ini adalah “Peran PTKIN dalam Menghadapi Perubahan Iklim”.
Pilihan tema ini bertujuan untuk mendorong kita menyadari, mengenali, dan
melaksanakan agenda-agenda mitigasi krisis lingkungan akibat perubahan
iklim pada level yang bisa kita lakukan sesuai fungsi kita sebagai kelompok
masyarakat strategis di perguruan tinggi Islam. Secara sepintas, pilihan
tema ini terasa tidak urgen karena kita sebenarnya dihadapkan pada situasi
krisis, yakni: pandemi Covid-19 hampir dua tahun lebih yang telah merenggut
korban nyawa, harta, dan air mata. Namun, sebenarnya, munculnya krisis
pandemi mikroba tidak terlepas dari salah satu ekses perubahan iklim.
Itulah sebabnya, literasi tentang perubahan iklim berikut ekses-eksesnya
perlu menjadi kesadaran ilmiah dan relijiusitas kita sebagai manusia modern
yang terus tumbuh dengan problem-problem yang kian kompleks serta saling
ketergantungan.

Ada tiga ancaman utama umat manusia di masa kini dan masa depan, yakni:
mikroba, perang nuklir, dan perubahan iklim. Tiga ancaman ini sebagian
telah terjadi dan kita rasakan, namun dalam batas-batas tertentu, telah
dapat dilalui meskipun dengan korban-korban yang terus berjatuhan. Diakui,
di setiap umat manusia melewati masa-masa krisis, selalu ada hikmah yang
menyertai, yakni: munculnya kerjasama antar umat manusia secara lebih baik
lagi; ditemukannya sains dan teknologi serta inovasi-inovasi sebagai
respons penanganan krisis; meningkatnya spiritualitas umat manusia sehingga
bersikap lebih arif dan rendah hati dalam memperlukan makhluk hidup serta
lingkungannya; dan tumbuhnya kesadaran akan keterikatan manusia dengan
tempat tinggalnya di bumi yang merupakan satu-satunya warisan untuk
kehidupan. Sekalipun begitu, hikmah-hikmah akibat krisis oleh perubahan
iklim tak akan muncul lagi jika telah mencapai tahap yang tidak bisa balik
lagi, misalnya, karena suhu bumi yang terus meningkat sehingga berdampak
pada hilangnya kelayakan bumi sebagi tempat tinggal bersama.
Argumen-argumen ini telah banyak dijelaskan oleh berbagai penelitian dan
semestinya PTKIN, termasuk UIN Raden Mas Said Surakarta ikut serta dalam
berkontribusi melalui kegiatan-kegiatan ilmiah yang memiliki relevansi
dengan isu-isu perubahan iklim.

Bagi masyarakat tertentu yang sudah sangat maju, dampak-dampak perubahan
iklim telah diantisipasi melalui pendidikan, inovasi-inovasi teknologi,
investasi-investasi riset, dan lompatan-lompatan alternatif mencari dunia
baru di luar planet bumi. Langkah-langkah masyarakat maju tersebut memang
terlalu mewah dan tidak terpikirkan oleh masyarakat kita yang lebih sibuk
bertikai soal-soal agama. Maka tak heran, jika terjadi perubahan iklim
ekstrem hanya negara-negara maju yang dapat beradaptasi dan mampu
menyelamatkan diri. Fakta-fakta ini, secara perlahan harus menjadi
kesadaran kita bersama untuk memulai agenda-agenda Pendidikan yang
responsif terhadap krisis lingkungan dan perubahan iklim.

Bagaimana peran PTKIN dimainkan dalam ikut serta memitigasi krisis
lingkungan akibat perubahan iklim? Menurut saya, ada sekurang-kurangnya
tiga tindakan yang bisa dilakukan. *Pertama, *memasukkan isu-isu krisis
lingkungan dan perubahan iklim dalam kurikulum Pendidikan kita dalam
balutan teologis. *Kedua, *mendorong tema-tema riset mahasiswa baik S1, S2,
dan S3 (termasuk para dosen) dengan pendekatan perspektif lingkungan dan
perubahan iklim. Apapun judul risetnya selalu didekati dengan perspektif
lingkungan dan perubahan iklim, dan *ketiga**,* terus-menerus memupuk
pandangan dunia komunitas kampus yang responsif terhadap lingkungan dan
perubahan iklim sehingga diharapkan menjadi agen-agen efektif bagi gerakan
mitigasi lingkungan hidup.

Itulah tiga peran PTKIN untuk terlibat dalam menghadapi isu-isu krisis
lingkungan dan perubahan iklim. Sebagai masyarakat strategis, kampus punya
tanggung jawab yang lebih berkelas yang keluar dari cangkang kebiasaan,
seperti keberpihakan pada masalah-masalah krisis lingkungan hidup. Selama
ini, masalah-masalah lingkungan hidup hanya menjadi kesadaran kecil
sebagian dari kita. Kita sering menganggap bahwa bencana-bencana tak punya
kaitan dengan sikap dan tindakan umat manusia yang tidak ekologis dan hanya
menganggapnya sebagai hukuman Tuhan akibat dosa-dosa manusia. Tak heran
jika kemudian penyelesaiannya bersifat teologis, misalnya, dengan rukyah
dan doa-doa.

Sambutan kami ini, hanyalah letupan-letupan kecil tentang seruan mencintai
lingkungan hidup sebaik-baiknya dan mendorong kita semua untuk menjadikan
ketokohan kita (jika ada) untuk memengaruhi, menyebarkan, menuliskan, dan
melaksanakan agenda-agenda mitigasi lingkungan hidup sebesar yang bisa kita
lakukan.

Di kesempatan yang baik ini, kami mengajak para wisudawan-wisudawati
menjadi bagian dari proyek visioner global menyelamatkan warisan bumi yang
satu-satunya ini melalui peran kita masing-masing. Seruan yang terkesan
bombastis ini, kelak akan menjadi fakta yang memaksa kita semua saling
bahu-membahu menghadapinya dengan penuh air mata dan kerendahan hati.

Akhirnya, atas nama pimpinan kami mengucapkan selamat kepada para
wisudawan/wati atas telah selesainya perjalanan kuliah Saudara-Saudara di
kampus tercinta ini. Semoga Saudara-Saudara segera mendapatkan pekerjaan,
jodoh, dan masa depan yang lebih baik.

*Wassalamu’alaikum wr**.** wb**.*

Sukoharjo, 12 Maret 2022

Rektor,

Prof. Dr. H. Mudofir Abdullah, S.Ag., M.Pd.