02 February 2023

Menjunjung Nilai Persaudaraan dari Dokumen Abu Dhabi

SINAR-Kamis (2/2) UIN Raden Mas Said Surakarta adakan Seminar Hari Persaudaraan Manusia Internasional dengan tema “Dokumen Abu Dhabi untuk Perdamaian Dunia dan Koeksistensi”. Seminar diselenggarakan di Gd. Graha UIN Raden Mas Said Surakarta. Acara dimulai pukul 08.00 WIB. Seminar ini dilakukan untuk memperingati Hari Persaudaraan Manusia Internasional yang jatuh pada tanggal 4 Februari. Seminar ini dihadiri oleh para mahasiswa dan berbagai elemen sosial-keagamaan di Solo Raya. Sekiranya total ada ratusan orang yang datang mengikuti seminar ini.

Sambutan pertama diisi oleh Prof. Dr. H. Mudofir selaku Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta. Prof. Mudofir menyebut bahwa kedatangan semua orang di dalam Gd. Graha UIN Raden Mas Said Surakarta ini adalah bukti dari komitmen untuk menjunjung nilai-nilai persaudaraan.

Sambutan yang kedua diutarakan oleh Romo Agustinus Heri Wibowo, Pr., SH., Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI menjelaskan bahwa semua agama mengajarkan kebaikan. “Agama tidak membuat kita tenggelam, tetapi terhubung satu sama lain,” terang Romo Agustinus. Rasa persaudaraan kita yang kuat niscaya mencegah intoleransi dan perpecahan.

Kemudian, sambutan yang ketiga disampaikan oleh Mukhlis Hanafi. Direktur Eksekutif Majelis Hukama Muslimin Indonesia tersebut mengatakan bahwa “seminar ini merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengenang peristiwa 4 Februari 4 tahun yang lalu.”

Peristiwa yang coba dikenang 4 tahun yang lalu tersebut adalah Dokumen Persaudaraan. Dokumen ini, menurut Mukhlis Hanafi, merupakan pernyataan dan ungkapan Ahmad el-Tayeb selaku Imam Agung Al Azhar dan Paus Fransiskus dari Gereja Katholik, setelah berulangkali dialog tentang krisis kemanusiaan.

Mukhlis Hanafi mengutarakan bahwa perbedaan adalah keniscayaan. “Tuhan menciptakan manusia berwarna-warni. Tuhan memang menciptakan kita berbeda-beda,” tutur Mukhlis Hanafi. Perbedaan semestinya dipupuk oleh rasa belas kasih, dikelola dengan memperbanyak ruang-ruang perjumpaan (dialog).

Seusai sambutan-sambutan, ada penampilan tari topeng ireng. Tari tradisional ini merupakan persembahan dari UKM Sentra (Seni Tari Tradisional) UIN Raden Mas Said Surakarta. Tari tradisional yang energik dan percaya diri. Dalam versi lain, tari topeng ireng adalah peninggalan dari salah satu wali untuk mendakwahkan agama Islam. Tari topeng ireng ini pun juga dilakukan untuk menyongsong kubah saat mendirikan masjid.

Selanjutnya adalah collaboration agreement. Ada pula penandatanganan Piagam Persaudaraan Manusia. Piagam Persaudaraan Manusia ini ikut ditandatangani oleh sekian tokoh agama.

Setelah penandatangan Piagam Persaudaraan Manusia, dilanjutkan dengan pernyataan sikap dengan menghadap ke arah panggung, ditirukan oleh para tamu undangan dan peserta seminar.

Sekian narasumber dari beragam latar belakang mengisi sesi pemaparan Seminar Hari Persaudaraan Manusia Internasional ini. Mulai dari Syekh Abdul Aziz Mahmud Abdul Aziz Zaid (Universitas Al Azhar-Mesir), Romo Agustinus Heri Wibowo, Pr. SH. (Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI) Romo Dr. Aloys Budi Purnomo, Pr. (Unika Semarang) KH Taslim Sahlan (Ketua FKUB Jawa Tengah) Summartono Hadinoto (Penerima Award Religion Freedom Bussines Foundation UNAOCC-PBB) Pdt. Izak Lattu, Ph.D (UKSW Salatiga) Bhikku Dhammamito (Wakil Ketua Bhikku Pembina Umat Buddha DIY) dan Ida Bagus Komang Suarnawa, M.Pd.H (Ketua PDHI Surakarta).

Sementara, Dr. Zainul Abbas menjadi moderator yang memandu sesi pemaparan dari masing-masing narasumber. Paparan narasumber pertama diisi oleh Syekh Abdul Aziz Mahmud Abdul Aziz Zaid dari Universitas Al Azhar-Mesir. Pemaparan Syekh Syekh Abdul Aziz Mahmud Abdul Aziz Zaid, yang secara penuh menggunakan bahasa Arab, diintisarikan oleh Mukhlis Hanafi sebagai berikut.

“Seminar ini bagian dari syiar agama. Nilai-nilai sosial keagamaan salah satunya adalah menjaga persaudaraan. Ukhuwah bukan hanya karena persoalan biologis semata-mata, melainkan juga seiman-sekemanusiaan.” Sebab, Islam bukan hanya kumpulan teks-teks keagamaan, tapi juga bisa diimplementasikan ke dalam kehidupan.

 

Menjunjung Nilai Persaudaraan dari Dokumen Abu Dhabi