29 November 2022

Kekhawatiran Remaja Pada Usia Dua Puluh Tahun

Oleh: Khansa Fadhilah Afaf (Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Arab)

Usia 20 tahun merupakan proses pencarian jati diri serta merupakan proses perubahan dari masa remaja menuju dewasa. Umumnya remaja mengalami kecemasan terhadap masa depan fenomena ini disebut dengan quarter life crisis. Quarter life crisis bisa ditimbulkan dari diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya, karena belum memiliki tujuan hidup kedepannya yang lebih jelas. Pada masa remaja ini dimana seseorang harus melepaskan ketergantungan dari orang tua dan harus memulai belajar mandiri.

Quarter Life Crisis

Menurut Thorspecken (2005) quarter life crisis merupakan keadaan dimana seseorang kebingungan terhadap masa depan dan mulai meragukan diri, maka dengan keadaan seperti ini seseorang menjadi malas bekerja. Menurut Hassler (2009) crisis quarter life ada tujuh dimensi, yaitu:

  1. Kebimbangan dalam mengambil keputusan.

Dalam kondisi ini dianggap sulit bagi individu karena pada saat kondisi ini individu meragukan setiap keutusan yang mereka ambil apakah keputusan itu keputusan yang benar atau salah.

  1. Putus asa.

Pada kondisi putus asa ini individu merasa mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugasnya.

  1. Penilaian negatif.

Penilaian negatif pada quarter life crisis ini merupakan tahapan ketika individu memandang negatif terhadap suatu pencapaian yang dimilikinya karena pencapaian ini tidak sesuai dengan harapan dan tidak sesuai standar lingkungan sekitar.

  1. Terjebak dalam situasi sulit.

Individu saat terjebak dalam situasi sulit ini ketika mereka berada pada kondisi yang sulit dan sudah tidak ada jalan keluar dalam situasi apapun.

  1. Cemas.

Pada tahap cemas ini individu meragukan pada masa depan mereka yang belum pasti terjadi, pada kenyataannya masa depan itu tidak seburuk yang mereka fikirkan.

  1. Tertekan.

Pada tahapan ini individu mengalami tekanan sosial ketika menghadapi tuntutan hidup untuk mandiri pada usia 20 tahun.

  1. Khawatir dengan relasi interpersonal.

Pada kondisi ini individu merasa takut mengecewakan keluarga karena mereka belum memenuhi sebuah harapan yang diinginkan atau sesuai dengan standar individu.

Sejalan dengan pendapat Hassler (2009) terdapat pendapat lain tentang tahapan quarter life crisis yang dikemukakan oleh Robinson (2015) terdiri dari lima tahapan, antara lain:

  1. Merasa terjebak dengan pilihan hidup.

Pada tahapan ini individu merasa sulit untuk menentukan sebuah pilihan, karena ini membuat individu menjadi terpaksa oleh keadaan.

  1. Mempertanyakan pilihan-pilihan yang sudah dibuat.

Individu saat sudah memiliki keputusan yang mereka buat, mereka merasa tidak sesuai maka ingin mengambil keputusan yang lain.

  1. Menghadapi tuntutan dengan melakukan pemecahan masalah.

Pada kondisi ini individu ingin keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru, karena kondisi menuntut individu untuk menyesuaikan keadaan.

  1. Membangun komitmen baru.

Individu bisa melakukan ini dengan cara memulai interaksi sosial dengan orang baru dan kehidupan sosial yang barau.

  1. Menciptakan kehidupan baru.

Kondisi ini individu bisa menciptakan kehidupan yang baru dengan harapan yang berbeda dari sebelumnya dan minat yang dipilih oleh  individu tersebut

Agar kita terhindar dari quarter life crisis maka kita harus mengenali ciri-ciri quarter life crisis, antara laian:

  1. Mudah khawatir dengan masa depan.

Individu merasa khawatir apa yang terjadi di masa depan, karena mereka tekut untuk mencoba sesuatu hal yang baru dalam diri mereka sendiri.

  1. Sering mempertanyakan kehidupannya.

Mereka masih kurang tahu untuk menggali potensi yang dimilikinya sehingga mereka masih mempertanyakan keahlian yang terdapat pada diri mereka.

  1. Seringkali berbeda pendapat dengan orang tua.

Saat mereka sedang berdiskusi mengenai masa depan individu terkadang orang tua tidak sependapat dengannya, karena orang tua juga memiliki pandangan yang berbeda dengan remaja yang berusia 20 tahun.

  1. Sering merasa gagal dan kurang motivasi.

Pada kondisi ini individu bisa terpengaruh dari dalam diri maupun luar diri, untuk mengatasi hal ini individu mengikuti seminar yang dapat mengembangkan diri.

  1. Merasa tertinggal dari teman sebaya sehingga memperparah rasa ketidakpercayaan.

Pada usia 20 tahun ini remaja sedang berlomba-lomba dalam memperbanyak pertemanan, dalam lingkup pertemanan pastinya setiap individu memiliki kelebihan masing-masing. Dengan adanya kesenjangan ini maka terkadang individu merasa tetinggal dan kurangnya rasa ketidakpercayaan diri.

 Pada remaja usia 20 tahun ini rentan mengalami kejadian seperti ini, dengan kejadian seperti ini kita bisa mempersiapkan secara matang dalam merencanakan masa depan dan jangan takut untuk mecoba hal-hal baru untuk menggali potensi yang kita miliki. Remaja juga harus berhati-hati dalam bergaul saat memilih teman karena itu juga salah satu faktor penyebab dalam hal ini. Dengan penulisan ini diharapkan untuk remaja yang akan meginjak usia 20 lebih mengetahui dan memahami mengenai ciri-ciri dan tahapan quarter life crisis sehinggakedepannya kejadian ini tidak akan terjadi pada remaja usia 20 tahunan.

Daftar Pustaka:

Riyanto, A., & Arini, D. P. (2021). Analisis Deskriptif Quarter-Life Crisis Pada Lulusan Perguruan Tinggi Universitas Katolik Musi Charitas. Jurnal Psikologi Malahayati3(1), 12-19.

Zwagery, R. V., & Yuniarrahmah, E. (2021). Psikoedukasi “Quarter Life Crisis: Choose The Right Path, What Should I Do Next?”. To Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat4(3), 272-280.

Fikra, H. (2022). Peran kecerdasan spiritual pribadi muslim dalam menghadapi quarter life crisis. Psikoislamika: Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam19(1), 334.

Kekhawatiran Remaja Pada Usia Dua Puluh Tahun