15 November 2022

Ekspediasi Mapala SPECTA di Pulau Kalimantan

SINAR-Mahasiswa Pecinta Alam SPECTA UIN RM Said Surakarta sukses mengadakan Ekspedisi Nagari Borneo, Ekspedisi kali ini bertempat di Pulau Kalimantan, tepatnya Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. 

Danang Prakoso selaku ketua pelaksana Ekspedisi Nagari Borneo, menjelaskan bahwa Nama Nagari Borneo terdiri dari dua kata yaitu “Nagri“ yang di serap dari bahasa sunda yang berarti sebuah negeri atau wilayah yang luas serta “Borneo” merupakan nama lain dari Pulau Kalimantan dan merupakan nama salah satu pohon yaitu pohon borneol yang banyak tumbuh di Kalimantan pada abad ke-15. Ekspedisi ini mengusung tema “Penjelajahan Menembus Pulau Seribu Sungai” yang berarti Ekspedisi yang di lakukan di Kalimantan yang terkenal dengan kondisi geografisnya yang dialiri banyak sekali sungai. Keberadaan sungai memainkan peranan penting dalam hal komunikasi dan ekonomi penduduknya.

"Ekspedisi ini mendelegasikan 11 ekspeditor yang telah sukses menuntaskan visi-misinya disetiap medan yang dilaluinya, ekspedisi ini memerlukan waktu kurang lebih 3 minggu untuk menyelesaikannya" terang Danang.

Ekspedisi ini terbagi menjadi 4 divisi yaitu: Gunung Hutan yang bertempat di Gunung Bukit Raya via Tumbang Habangoi, Kalimantan Tengah; Rafting bertempat di Sungai Amandit, Loksado, Kalimantan Selatan; Rock Climbing bertempat di Tebing Batu Laki dan Batu Bini, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan; serta Caving bertempat di desa Nateh, Kec. Batang Alai Timur, Kab. Hulu Sungai Tengah dan di Telaga Langsat. Selain itu Tim Ekspedisi Nagari Borneo juga melakukan pengabdian masyarakat di Desa Artain, Kec. Aranio, Kab. Banjar, Kalimantan Selatan.

Luthfian Farhandika selaku koordinator lapangan Tim Gunung Hutan, menjelaskan bahwa Gunung Bukit Raya adalah salah satu dari 7 puncak tertinggi di Indonesia dan pegunungan terbesar kedua di Indonesia. Gunung Bukit Raya memiliki hutan yang masih asri sehingga banyak ditemukan flora dan fauna endemik di dalamnya.

"Mendaki Gunung Bukit Raya membutuhkan waktu 8 hari perjalanan untuk bisa sampai lagi ke Desa Tumbang Habangoi (desa terakhir), tidak hanya mendaki kami juga melakukan pemetaan jalur serta eksplorasi. Untuk mendaki kami harus melewati 67 sungai dan hutan belantara yang masih asri sehingga cahaya matahari sukar untuk didapatkan, serta hal yang paling menakjubkan adalah flora dan fauna endemik seperti burung enggang, tumbuhan kantong semar dan sebagainya" jelasnya.

Pada divisi Rafting, Arta Dian selaku koordinator menjelaskan pada ekspedisi ini tim Rafting melakukan pengarungan panjang kurang lebih sejauh 26 km. 

Arta menjelaskan ekspedisi kali ini tim Rafting melakukan pengarungan jalur atas yang mana merupakan jalur pengarungan yang sudah lama tidak dilewati selama 1 tahun setengah sebelumnya. Serta tim Rafting mapala Specta melakukan kembali ke jalur atas tersebut untuk meksplorasi lebih dalam jalur atas pengarungan sungai Amandit.

Ekspedisi kali ini tim ekspeditor rafting juga melakukan pembuatan peta jalur pengarungan sungai amandit dari jalur atas dimulai start desa lian paku, Haratai sampai finish amandit bawah desa Halunuk, Kalimantan Selatan" ungkapnya.

Sementara itu di divisi Rock Climbing, Koordinator lapangan Intan Az Zahra mengatakan Tebing Batu Laki dan Batu Bini merupakan tebing iconnic bagi para pemanjat, dengan ciri khas tebing Batu Laki berada di sisi sungai Amandit di Kalimantan Selatan, sedangkan Batu Bini merupakan jalur baru yang di buat oleh team Vertikal Rescue Indonesia. Track menuju lokasinya terbilang sulit dengan alam Kalimantan yang masih asri sehingga banyak ditemukan satwa endemik seperti bekantan & monyet hitam dari hasil pengamatan.

"Tim Rock Climbing memiliki misi seperti mendata jalur dan merintis sebuah jalur yang di beri nama jalur SCC yang berfilosofi sangat kental di Mapala SPECTA. Tim berhasil merintis jalur panjat sejauh 12  meter dari dasar tebing Batu Laki, meski tinggi tebing terhitung 25 meter berdasarkan hasil pengukuran. Tebing ini masih aman untuk dipanjat dengan catatan butuh kehati-hatian ekstra dalam memilih tambatan dan pengaman saat proses pemanjatan".

Selanjutnya dari divisi lapangan tim Caving Raihan Hibban Machrus koordinator menjelaskan bahwa pada Gua Batu Sawar akses menuju ke Gua sangat sulit, kita harus mendaki bukit terlebih dahulu untuk bisa sampai di mulut Gua. Gua Batu Sawar juga masih asri sehingga banyak ditemukan flora dan fauna baik di dalam maupun di luar Gua. Kemudian untuk Gua Ali itu memerlukan perjalanan yang cukup lama untuk menuju kesana dikarenakan untuk sampai di Gua Ali ini kita harus melewati hutan sekitar 1 jam terlebih dahulu untuk sampai di mulut Gua Ali. 

"Di Gua Ali masih sangat kental perihal mistis dan hal gaib lainnya. Gua ini sangat luas dan banyak sekali cabangnya,  konon di Gua Ali masih banyak manusia kerdil." Ungkap Raihan.

Tim Ekspedisi Nagari Borneo juga melakukan pengabdian masyarakat di Desa Artain, Kec. Aranio, Kab. Banjar, Kalimantan Selatan.

Desa Artain sendiri merupakan wilayah yang jauh dari perkotaan satu-satunya akses transportasi untuk menuju desa tersebut harus dengan menggunakan perahu klothok yang beroperasi hanya dipagi dan sore hari. Keberadaan Desa Artain dan kearifan lokal, flora fauna ini menarik tim untuk melakukan pengabdian di desa tersebut. Pengabdian dilakukan juga untuk mengetahui bagaimana keadaan sosial perilaku masyarakat, perekonomian masyarakat, yang sangat berharap bahwasanya Desa Artain menjadi salah satu desa wisata dengan keindahan alamnya dan beberapa titik tempat wisata alam yang mampu memukau para wisatawan kelak. Hal ini mendorong kepala desa dan Tim Ekspedisi untuk membenahi perilaku warga Desa Artain dan memberikan sosialisasi perilaku yang dasar terkait kebersihan lingkungan.

Hasil pengabdian menunjukkan bahwa kawasan wisata di Desa Artain sangat memukau seperti surga yang tersembunyi selain beberapa titik obyek wisata di daerah Artain pun masih banyak flora fauna seperti beruang madu, rusa, kayu Ulin dan lebah hutan yang masih melimpah luas. Desa Artain ini pun penghasil madu hutan dan mempunyai produksi secara tradisional.  hal ini dapat membantu perekonomian masyarakat desa. Disisi lain, perilaku masyarakat terkait sampah masih di abaikan dan pekerjaan rumah warga di Desa Artain yang sangat jadi prioritas utama" tutur sekertaris Desa Artain Bapak Rahmat Basuki.

Selain itu Tim Ekspedisi Nagari Borneo juga melakukan sosialisasi terhadap siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri Artain, bersama Kepala Sekolah Bapak Puguh kami melakukan pengajaran sekolah alam memperkenalkan ke murid-murid dasar-dasar kepedulian terhadap lingkungan dan pemanfaatan sampah yang dapat diolah kembali atau bisa disebut ecobric.

Murid-murid sangat antusias dalam menyimak pendidikan kami yang kami berikan untuk murid Desa Artain, masyarakat Desa Artain pun sangat berterimakasih terhadap kedatangan kami dan mereka berat untuk melepas kami kembali, pertemuan di Desa Artain berlangsung selama 4 hari dan masyarakat sangat menerima kehadiran kami" kata danang prakoso selaku ketua pelaksana, Senin (14/11/2022).

Ekspediasi Mapala SPECTA di Pulau Kalimantan