14 November 2022

Derita perantau mengatasi Culture Shock

Oleh: Naura Rahma Dinda (Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Arab)

Banyak pelajar di Indonesia yang ingin melanjutkan studinya di luar negeri. Alasan yang paling utama adalah karena mereka ingin mendapatkan pendidikan bertaraf Internasional dan sekaligus memperoleh pengalaman baru yang tidak bisa di dapatkan di tanah air Indonesia.

Namun belajar di luar negeri tidak semudah seperti yang kita bayangkan saat kita tiba disana kita akan menemukan hal-hal yang baru. Misalnya, seperti tempat tinggal yang baru, linkungan baru, teman- teman baru, bahasa baru, budaya dan peradaban baru. Tidaklah mudah menghadapi itu semua dan inilah yang menjadi tantangan bagi kita. Apakah kita bisa menyesuaikan diri dengan hal-hal baru tersebut. Kalau kita tidak bisa mengatasinya, bisa-bisa kita mengalami apa yang disebut Culture Shock.

Apa itu Culture Shock?, Culture Shock adalah keadaan dimana kita kaget akan situasi atau budaya peradaban baru yang kita jumpai. Biasanya dirasakan oleh orang yang pertama kali mengunjungi wilayah tertentu yang mana budayanya bertolak belakang dengan kebiasaan atau peradaban di wilayah sebelumnya. Misalnya saja seorang pelajar Indonesia yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Mesir. Jangankan budayanya yang beda, melihat bentuk fisik orang mesir saja sudah bikin kita manusia asing orang Indonesia cenderung kecil,sementara orang Arab Mesir tinggi dan besar.

Culture Shock bukan suatu penyakit yang gak bisa diobati. Culture Shock itu hal yang wajar, yang merupakan pertanda bahwa sudah masuk dunia peradaban baru. Namun bila cagar budayamu tidak di antisipasi bisa menyebabkan disorientasi, tidak betah, homesick, hingga stress yang tentunya akan mengganggu studi kita.

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai seorang anak rantau?

Pertama, kita harus menerima jika memang perbedaan itu ada dan kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi hal-hal baru di Negara tersebut.

Kedua, kita harus segera menyamakan dan mengakrabkan diri dengan Culture setempat. Segera bergaul dengan masyarakat local disana dan tingkatkan kemampuan bahasa local yang biasa digunakan sehari-hari.

Ketiga, membuka diri dengan budaya setempat, jangan malu untuk selalu bertanya tentang kebiasaan lokal yang kita belum pernah pahami di daerah sebelumnya. Semangat belajar budaya inilah yang paling dominan untuk mengatasi Culture Shock yang kita hadapi menyelaraskan budaya yang kita miliki dengan kebudayaan baru yang ada dan akan memudahkan kita untuk memasuki peradaban baru di hadapan kita.

Derita perantau mengatasi Culture Shock