23 November 2022

Dari Dialek Lahirlah Toleransi

Oleh: Pitri Nurmandani (Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Arab)

Tahun 2022 saya resmi menjadi mahasiswi baru di Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta. Ketika awal masa Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan atau sering disebut dengan istilah PBAK, saya sudah menemui beberapa teman baru yang memiliki dialek yang menurut saya sangat unik, bahkan bisa juga dibilang lucu. Adanya perbedaan dialek tersebut terkadang menimbulkan sedikit kesalahpahaman hingga dapat menciptakan canda tawa di antara kami.

Dialek atau akrab disebut dengan logat ialah bahasa khas yang berasal dari daerah, wilayah atau kelompok tertentu. Kata logat berasal dari bahasa Arab, yaitu lughah yang artinya denotasi bahasa. Dialek juga sering digunakan masyarakat untuk membedakan masyarakat satu dengan masyarakat yang lain.

Untuk menjumpai dialek kita tidak harus pergi keluar kota atau bahkan pulau,  karena dialek ada di dalam kehidupan sehari-sehari. Apalagi Indonesia memiliki ratusan bahasa daerah sehingga mengakibatkan adanya ragam dialek di setiap daerah. Dan hal tersebut menciptakan keanekaragaman kultur bahasa yang indah.

Sepertihalnya keanekaragaman yang ada di Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA)  kelas 1b, yang terdiri dari mahasiswa / mahasiswi yang berasal dari berbagai penjuru pulau yang ada di Indonesia dari sabang sampai merauke.  Mereka memiliki berbagai keanekaragaman  khususnya mengenai bahasa.

Setiap hari kelas  PBA 1b diwarnai dengan berbagai macam dialek dari berbagai daerah. Macam-macam dialek tersebut antara lain adanya dialek Jawa, dialek Jakarta, dialek Betawi, dialek Sunda, dialek Sumantera, dialek Riau dan lain-lain. Bahkan ternyata di setiap dialek daerah masih terbagi lagi menjadi berbagai macam dialek. Contohnya dialek Jawa yang ada di kelas PBA 1b terdiri dari dialek Kudus, Kediri, Yogyakarta, Pacitan, Boyolali, Karanganyar, Klaten, Sragen, dan lain sebagainya.

Keanekaragaman dialek tersebut menghadirkan canda tawa yang dapat mengubah suasana kelas yang awalnya sunyi menjadi riuh. Alasan canda tawa kami di kelas PBA 1b bukan semata-mata bertujuan untuk mencela atau mencaci maki sesama teman khususnya dari segi bahasanya. Tatapi kita tertawa karena kata atau bahasa yang diucapkan tersebut terdengar asing di telinga kita dan jarang kita dengar di kegiatan setiap harinya. Anehnya adanya kekhasan dialek yang dimiliki setiap orang di kelas PBA 1b mengakibatkan adanya dampak positif dan nagatif.

Dampak positif yang dapat dipetik dari keanekaragaman dialek tersebut memberikan banyak manfaat. Misalnya tidak hanya sebatas belajar mengenai mata kuliah, tetapi kita juga bisa belajar mengenai bahasa khususnya mengenai ragam dialek yang ada di Indonesia yang belum pernah kita ketahui sebelumnya. Setiap hari kita juga mendapatkan banyak referensi bahasa, sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan pengalaman.

Selain itu karena kita mahasiswa baru, kita dapat dengan mudah mengingat teman kita antara satu dengan lainnya. Contohnya kita dapat mudah mengingat nama teman kita ketika mereka berbicara dari segi logat nya. Bahkan hanya dengan mendengar suaranya tanpa melihat fisiknya saja kita dapat dengan mudah menebak siapa orang tersebut. Karena dialek ini menunjukkan ciri khas seseorang yang dapat membedakan satu dengan yang lainnya.

Ragam dialek di kelas PBA 1b juga  menjadikan warga kelas PBA 1b lebih solid, saling menghormati, dan menghargai antar sesama teman. Dari ragam dialek tersebut juga menciptakan suasana yang hangat, harmonis, dan ceria penuh canda tawa. Dengan adanya hal-hal tersebut menjadikan jembatan menuju sikap toleransi mudah tercipta di antara kita. Karena kita tidak memandang rendah  bahasa antara satu teman dengan teman lainnya.

Walaupun kelas PBA 1b memiliki keanekaragaan dialek, tetapi hal tersebut tidak menyebabkan terjadinya perkelahian atau bahkan perpecahan. Hanya saja sedikit negative yang dapat kita rasakan ialah  terkadang kita kurang bisa memahami apa yang dibicarakan teman kita. Dan terkadang menimbulkan kesalahpahaman arti dan maksud sebenarnya yang ingin disampaikan orang lain kepada kita. Tetapi hal tersebut menjadi keunikan tersendiri di dalam kelas PBA 1b.

Kita tidak memandang baik atau buruknya seseorang hanya dari bahasanya saja, terkhusus logatnya. Misalnya orang yang memiliki logat yang cenderung dengan nada kasar belum tentu dia orang yang memiliki sifat yang kasar. Dari keanekaragaman logat yang ada di kelas PBA 1b melahirkan  sikap toleransi yang kuat melekat di setiap individu .

Jadi keanekaragaman dialek tidak menjadi penghalang di antara kami untuk menciptakan sikap toleransi. Apalagi kita  sebagai generasi bangsa Indonesia hendaklah senantiasa melestarikan budaya, bahasa,  dan adat istiadat yang turun temurun dari nenek moyang kita. Agar warisan tersebut tetap lestari dan terjaga sehingga tidak pudar. Agar kedepannya anak cucu kita dapat menikmati keanekaragaman bahasa khususnya keanekaragaman dialek yang menjadi harta warisan bangsa Indonesia, dan yang terpenting ialah tidak lunturnya sikap toleransi di dalam kehidupan sehari-hari.

Dari Dialek Lahirlah Toleransi