17 November 2022

Adab Sebagai Akar

Oleh: Muhammad Ilham Burhanudin (Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab)

Adab merupakan sebuah sikap yang memiliki peran besar dalam mempengaruhi perilaku seseorang untuk menjalani kehidupan bersosial. Seseorang yang memiliki rasa hormat tinggi dalam bersosial disegani oleh masyarakat dan tentu saja dihormati. Ada sebuah ungkapan Jawa yang sering diucapkan oleh warga lokal yang isinya " nek kwe ngajeni wong liyo kwe bakal di jeni uga" yang artinya jika kamu menghormati orang lain, maka kamu akan dihormati oleh orang lain juga.

Kehidupan beradab menjadi sebuah inti dalam tatanan kehidupan masyarakat. Rasa harmonis dalam suatu kalangan tergantung dari cara mereka dalam menjaga etika dalam bersosial, menjaga kehormatan orang lain, dan juga saling menghormati tradisi satu sama lain. Negara Indonesia yang merupakan negara kesatuan dari bermacam - macam adat, suku maupun budaya, menjadi sebuah lokasi praktik kehidupan beradab yang sangat jelas untuk diperhatikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dari rasa hormat dan rasa toleransi yang tinggi dari seluruh masyarakat nya. Maka dari itu, banyak wilayah di Indonesia yang hidup dalam rasa tentram dan damai yang berasal dari rasa hormat antar manusia satu sama lain.

Di Jawa kehidupan beradab merupakan prioritas yang tinggi di mata masyarakat. Pulau Jawa dikenal masyarakat luas sebagai tempat yang mengunggulkan adab dan tata Krama dalam bersosial. Sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa menjaga adab dalam melakukan segala hal yang akan diperbuat oleh seseorang, sehingga dapat menjalin kehidupan harmonis di antara lingkungan sekitar.

Dalam bidang keilmuan, adab memiliki peran yang sangat tinggi dalam membimbing pemikiran dan moral manusia dalam bertindak. Edukasi terkait adab merupakan hal wajib untuk diterapkan di tingkat akademi agar mendidik moral siswa dalam bertindak di dalam kehidupan bersosial. Adab lebih diutamakan untuk ada dibenak seseorang agar menjaga tindak seseorang dan menjadikan seseorang tersebut sebagai sosok yang beretika dan bermoral. Ada seorang pepatah arab mengungkapkan tentang tingginya derajat adab, yang mengatakan ,”Adab lebih tinggi daripada ilmu” karena memang tingginya peranan adab itu sendiri dalam kehidupan. Begitu pentingnya akhlak dan adab hingga Allah Ta’ala menempatkannya sebagai hal yang paling utama. Sebab kepintaran tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab (etika). Orang yang berilmu namun tidak beradab (beretika) dapat membahayakan dirinya maupun  orang lain. Karena memang orang yang beradab lebih utama dari orang pintar yang tidak beradab. Jika memang kepintaran tanpa disertai adab lebih utama, maka iblis berada di posisi paling tinggi. Bahkan Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani mengungkapkan ,”aku lebih menghargai orang yang beradab daripada berilmu”.

Adab atau etika merupakan inti dari ajaran islam. Sebagaimana Rasulullah SAW pun diutus untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Allah SWT memperingatkan orang-orang munafik bahwa sebenarnya mereka dapat memperoleh teladan yang baik dari Nabi SAW. Sosok teladan bagi kita semua yaitu Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang kuat imannya, berani, sabar, dan tabah dalam menghadapi segala macam cobaan, percaya sepenuhnya kepada segala ketentuan Allah SWT, dan mempunya akhlak yang mulia. Jika mereka berbahagia hidup di dunia dan di akhirat, tentulah mereka akan mencontoh dan mengikutinya. Akan tetapi, perbuatan dan tingkah laku mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mengharapkan keridaan Allah SWT dan segala macam bentuk kebahagiaan hakiki itu.

Adab berarti kesopanan, keramahan budi pekerti, menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Sayyid Muhammad al-Naquib bin Ali bin Abdullah al-Attas adalahseorang cendekiawan dan filsuf muslim saat ini tinggal di Malaysia, menambahkan bahwa adab itu lebih mulia dan terhormat dari sebagaimana orang menjamu tamu. Tentu maksud dari keterangan tersebut adalah adab merupakan pelaksanaan nilai nilai yang benar dengan perbuatan yang tepat. Orang yang memegang nilai-nilai yang baik (etika), maka perbuatannya akan baik, dan bisa disebut beradab. Orang yang beradab cenderung senantiasa bersikap tawadhu’dalam berbuat. Tawadhu biasa disebut dengan rendah hati, sebuah sikap dimana seseorang melihat dirinya sendiri tidak memiliki nilai lebih dibandingkan hamba allah yang lain, sehingga menjadikan dirinya tidak memiliki rasa sombong dalam hatinya. Orang yang tawadhu’ dalam bertindak mencerminkan dirinya menerapkan ilmu yang telah dipelajari. Orang-orang seperti mereka ketika menerima wawasan yang lebih luas lagi, mereka tetap tawadhu’, bahkan menjadi individu yan lebih baik dari sebelumnya, layaknya sebuah padi ketika semakin berisi padi tersebut maka semakin menunduk posisi pucuknya. Kehidupan padi tersebut dapat menjadi contoh untuk orang-orang yang tawadhu’semakin mereka tahu semakin baik hatinya.

Sebaliknya jika seseorang tiada rasa adab dalam pemahaman mereka, tiada rasa tawadhu dalam hati mereka, tiada rasa hormat dalam pikiran mereka, tiada rasa toleran dalam tindak langkah mereka, menjadikan tindakan mereka diwaspadai mendatangkan hal negatif bagi diri meeka sendiri maupun untuk orang lain. Bahkan jika hanya kepintaran belaka tanpa ada penerapan adab dalam kegiatannya, hanya sedikit mandatangkan manfaat untuk dirinya maupun untuk orang lain, didunia apalagi di akhirat kelak. Seorang Iblis pun masih jauh lebih baik dari mereka, karena Iblis adalah makhluk cerdas yang diciptakan oleh Allah SWT dari api yang hilang kemulian dan derajatnya hanya karena rasa sombong nya kepada manusia pertama yaitu Nabi Adam A.S. Jika tiada adab, tiada rasa menghargai, tiada rasa hormat, maka dirinya tidak lebih baik dari seorang Iblis.

Masyarakat senang jika tetangga sekitar menghormati kegiatan orang lain, menghargai agama orang lain, menjaga kehormatan satu sama lain. Tentu akan selalu terjalin rasa kerukunan diantara mereka. Itulah penerapan Pancasila yang diimpikan oleh para pejuang-pejuang pendahulu Negara Indonesia. Saling menghargai satu sama lain, saling menghormati sesama, menjadikan Indonesia sebagai negara yang dipenuhi nilai Pancasila yang mengedepankan persatuan dan kesatuan suku dan bangsanya yang beragam, adat istiadat yang bermacam-macam, yang diikat dalam satu pita yang tertuliskan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda tapi tetap satu”. Karena itulah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diidamkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Penerapan nilai pancasila yang akan terus dijaga keutuhannya sampai kapanpun bahkan sampai titik darah penghabisan.

Adab Sebagai Akar